Sedangkan Roy Jakobs, CEO Royal Philips, mengatakan sistem perawatan kesehatan menghadapi tekanan yang sangat besar untuk memberikan perawatan pasien berkualitas tinggi di tengah kurangnya tenaga kerja dan populasi pasien yang terus bertambah di berbagai belahan dunia. Untuk itulah Philips membantu mendorong perubahan sistemik untuk meningkatkan kapasitas di seluruh layanan perawatan kesehatan.

“Perubahan ini melihat teknologi, praktik klinis, pembiayaan, dan regulasi sebagai satu kesatuan yang terintegrasi. Itulah sebabnya kolaborasi dengan penyedia layanan kesehatan dan perawatan serta pemerintah sangat penting, karena bersama-sama kita dapat membantu memberikan perawatan yang lebih baik bagi lebih banyak orang, di seluruh lingkungan perawatan,” kata Roy Jakobs.
Future Health Index 2024 Menjembatani Kesenjangan Tenaga Kesehatan, Wawasan, dan Keberlanjutan
Di masa yang akan datang, para pemimpin layanan kesehatan berkeinginan kuat untuk menjelajahi batas-batas baru dalam kecerdasan buatan (AI) agar dapat menciptakan efisiensi dan wawasan baru. Mereka telah menerapkan atau berencana menerapkan AI untuk mendukung keputusan klinis di berbagai layanan rumah sakit, termasuk pemantauan pasien di rumah sakit, perencanaan pengobatan, radiologi, dan pusat kendali klinis dalam tiga tahun ke depan. Sebanyak 74% berencana untuk berinvestasi dalam AI generatif dalam tiga tahun ke depan, lebih tinggi dibandingkan rata-rata global (56%).
Para pemimpin perawatan kesehatan Indonesia juga melihat potensi transformatif dari wawasan (insights) berbasis data dan bertekad untuk mengatasi tantangan integrasi data yang dilaporkan oleh hampir semua pemimpin (98%). Untuk memanfaatkan inovasi terbaru termasuk AI, mereka melihat perlunya meningkatkan keamanan dan privasi data, memberikan lebih banyak transparansi tentang bagaimana data akan digunakan, dan meningkatkan akurasi data.