Benarkah kasus diabetes dan gagal ginjal pada anak disebabkan konsumsi gula yang berlebih? Dan, apakah ada kaitannya dengan penambahan maltodekstrin pada makanan dan minuman anak?
Di masyarakat memang muncul miskonsepsi atau kesalahpahaman mengenai kandungan gula dalam produk nutrisi anak. Banyak informasi yang beredar di media sosial mengenai meningkatnya kasus diabetes pada anak disebabkan oleh konsumsi gula. Tak hanya itu, gula juga sangat dimusuhi orangtua karena dianggap sebagai penyebab meningkatnya kasus gagal ginjal pada anak.
Padahal meski memiliki reputasi yang buruk, gula tetap dibutuhkan oleh tubuh kita. Seperti dikatakan oleh dr.Yoga Devarea Sp.A(K), dokter spesialis anak konsultan gizi dan metabolic FKUI-RSCM, gula adalah sumber karbohidrat dan termasuk nutrisi esensial, yang artinya tidak bisa dibuat tubuh. Selain dari protein dan lemak, gula juga berfungsi sebagai pemenuhan energi untuk mendapatkan tenaga.
“Kalau asupan kalorinya rendah, pertumbuhan anak bisa terganggu, sedangkan kalau berlebih, anak akan kegemukan. Jadi memang asupan gula harus pas, tidak boleh kekurangan dan juga berlebih. Ini berlaku untuk semua umur, bukan hanya pada anak-anak,” jelasnya dalam diskusi kesehatan yang mengangkat topik tentang “Meluruskan Miskonsepsi Gula pada Nutrisi Anak” di Jakarta beberapa waktu lalu.
Pada produk pangan untuk anak, seperti susu, biskuit, kue, permen, dan sebagainya memang sering menggunakan gula tambahan. Penggunaan gula tambahan dalam pangan olahan ada aturannya. WHO merekomendasikan 10% dari total kalori. Jika di bawah 5% maka akan lebih baik. Asosiasi dokter anak di negara lain pun merekomendasikan total gula tambahan di bawah 10% dari total kalori.
Menurut dr. Yoga, pemakaian gula tambahan yang berlebih memang bisa berdampak pada kesehatan. Efek kelebihan gula pada anak adalah kegemukan dan dapat menyebabkan banyak penyakit tidak menular, termasuk diabetes. Ia kemudian menekankan pentingnya masyarakat mengetahui perbedaan berbagai jenis gula yang ada, seperti gula alami, gula tambahan, dan gula bebas. Karena hal tersebut akan memengaruhi kualitas gula dalam tubuh.
Lalu selain diabetes, apakah kelebihan gula pada anak juga menyebabkan gangguan gagal ginjal?
Menanggapi hal tersebut, dr. Yoga mengatakan bahwa sebenarnya fenomena anak yang terkena gagal ginjal di RSCM beberapa waktu lalu, lebih disebabkan karena kelainan bawaan yang memang berat. Ia menuturkan fenomena anak terkena gagal ginjal merupakan sebuah siklus yang panjang.
“Jadi bukan hanya karena konsumsi gula. Memang gula bisa menyebabkan gagal ginjal, tapi prosesnya memakan waktu yang panjang, mulai dengan tahap obesitas, diabetes, hingga akhirnya gagal ginjal,” kata dr. Yoga.
Maltodesktrin sebagai Gula Tambahan, Apakah Aman?
Produk makanan, termasuk untuk anak-anak, sering menggunakan zat tambahan, salah satunya maltodekstrin. Zat tambahan ini sering digunakan sebagai pengental, pengawet, atau pemanis dalam makanan dan minuman kemasan. Maltodekstrin merupakan sejenis karbohidrat yang diekstraksi dari pati tumbuhan, seperti jagung, beras, kentang dan jagung. Berbagai jenis makanan dan minuman kemasan, seperti keripik kentang, biskuit, yoghurt, minuman berenergi, dan makanan ringan lain, biasanya menggunakan maltodekstrin dalam proses produksinya.

Maltodekstrin juga bisa digunakan sebagai pengganti laktosa pada produk susu, untuk mereka yang intoleransi terhadap laktosa. Derajat kemanisan maltodekstrin bisa diukur dengan Dextrose Equivalent (DE), yang dibagi menjadi rendah (<20), sedang (21 – 55), dan tinggi (>55). Maltodekstrin memiliki nilai DE 3 – 19.
Maltodekstrin bisa digunakan untuk bermacam tujuan tergantung nilai DE-nya. Maltodekstrin dengan DE10 bisa digunakan untuk produk-produk instan seperti saos instan dan produk diet. Maltodekstrin dngan D15 biasa digunakan pada minuman isotonic, dan DE19 digunakan untuk bubuk cokelat, produk susu, dan dessert.
Belakangan ramai diberitakan di media sosial tentang penggunaan maltodekstrin pada produk nutrisi anak. Maltodeskstrin dianggap sebagai biang keladi peningkatan kadar gula pada produk nutrisi anak yang pada akhirnya menyebabkan gangguan gagal ginjal. Dr. Rosyanne Kushardina S.Gz, Msi, doktor dalam bidang ilmu gizi FKK UMJ, menyatakan tidak ada korelasi antara kandungan maltodekstrin dengan jumlah gula dalam produk pangan.
“Susu yang mengandung maltodekstrin tidak berarti memiliki kandungan gula lebih tinggi. Ini bisa kita cek pada label di kemasan. Malah maltodekstrin sendiri telah dinyatakan aman oleh FDA dan Codex. Oleh FDA, maltodekstrin dikategorikan sebagai GRAS (Generally Recognized as Safe). Penelitian terkini juga menemukan, maltodekstrin resistan bisa difermentasi di usus besar menjadi SCFA (short chain fatty acid), yang bermanfaat bagi kesehatan mikrobiota usus. Maltodekstrin resistan membantu menjaga profil tekanan darah dan lipid serta meningkatkan rasa kenyang dan mengurangi asupan makanan,” ungkap Dr. Rosyanne.
Jadi sekarang mama tidak perlu khawatir lagi ya. Penggunaan maltodekstrin dalam produk nutrisi anak, termasuk susu, tetap aman karena sudah diatur dalam aturan BPOM. Isu yang mengatakan bahwa maltodekstrin meningkatkan kandungan gula dalam produk nutrisi anak dan menyebabkan gagal ginjal itu tidak benar! ***